Selasa, 09 Oktober 2012

Psikologi Perkembangan Dari Sudut Pandang Kelautan



PENDAHULUAN
Pada saat ini  sering sekali terjadi permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan manusia. Mulai dari permasalahan mengenai anak hingga dewasa dan juga penyebab serta dampak dari masalah-masalah tersebut. Pada dasarnya permasalahan mengenai perkembangan tersebut sudah terjadi sejak dahulu dan juga pada ilmuan berusaha untuk mengkaji masalah-masalah yang timbul terkait dengan hal tersebut.
            Perkembangan manusia terjadi sejak masa awal dalam konsepsi (prenatal) hingga masa kematian (mortalitas). Dengan manusia sebagai fokus utama maka ilmu yang membahas tentang hal tersebut adalah ilmu psikologi dengan berkonsentrasi pada bidang perkembangan. Dalam psikologi perkembangan tersebut masih memiliki banyak cabang yang juga terfokus pada perkembangan sepanjhang hidup manusia dan salah satunya adalah perkembangan terhadap anak.
            Masa anak-anak pada dasarnya merupakan masa awal dalam tahap perkembangan sepanjang kehidupan manusia. Yang membedakan masa anak-anak dengan masa kehidupan yang lain adalah pada masa anak-anak individu cenderung lebih ingin dipahami. Comenius dalam (Hurlock, 1978) juga menyatakan bahwa “anak-anak harus dipelajari sebagai embrio orang dewasa melainkan dalam sosok alami anak yang penting untuk memahami kemampuan mereka dan mengetahui bagaimana berhubungan dengannya”. Dengan demikian anak pada dasarnya merupakan masa yang memiliki tingkat sensitivitas lebih tinggi daripada masa perkembangan lain oleh karena itu anak-anak ingin dipahami lebih dari orang remaja.
            Pada masa anak-anak pada dasarnya penting untuk dipelajari karena Locke menyatakan bahwa pengalaman masa anak akan berperan penting dalam pembentukan karakteristik pada saat dewasa. Selanjutnya terdapat pula pandangan dari J.J. Rosseau yaitu innate goodness yang menyatakan bahwa anak-anak pada dasarnya baik, karena itu mereka seharusnya diperbolehkan untuk bertumbuh secara alamiah dengan pantauan atau pembatasan dari orang tua. Pernyataan tersebut menjadi kontradiksi apabila perkembangan tersebut ditinjau dari sisi kelautan dan diaplikasi pada kalangan anak-anak nelayan.
            Anak-anak yang berada pada permukiman nelayan mengalami hal yang berbeda dari yang seharusnya. Anak tersebut kurang mendapat perhatian dan pendidikan yang seharusnya mereka dapatkan. Hal tersebut ternyata berdampak pada perkembangan pada masa selanjutnya. Sama seperti yang dikatakan oleh Erikson dalam (Hurlock, 1978) bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai seorang manusia”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun pada masyarakat pesisir anak-anak seharusnya juga mendapat pengawasan terhadap perkembangannya karena hal itu berpengaruh pada masa dewasa nantinya.
            Berdasarkan gambaran secara umum tentang psikologi perkembangan anak tersebut, tim penulis berkeinginan untuk menyusun karya ilmiah terkait dengan psikologi perkembangan dilihat dari sudut pandang kelautan.

TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
            Pada dasarnya banyak teori yang dikemukakan para ahli berkenaan dengan psikologi perkembangan.
1.      Sigmund Freud
Sebagai pendiri dari aliran psikoanalisis, Freud menyatakan bahwa terdapat lima tahapan dalam perkembangan anak, yaitu tahap mulut (oral stage), tahap anal (anal stage), tahap falik (phallic stage), tahap laten (latency stage), dan tahap kemaluan (genital stage). Apabila individu tidak melalui masing-masing tahapan tersebut dengan baik maka akan berpengaruh pada perkembangan perilaku dan pembentukan kepribadian individu tersebut.
Ferud melalui teori psikodinamikanya memandang bahwa komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan perkembangan seseorang. Menurut teori ini, komponen yang bersifat sosio-afektif adalah ketegangan yang ada dalam diri seseorang, sebagai penentu dinamikanya.
Menurut teori psikodinamika yang dikemukakan oleh Freud ini juga menyatakan bahwa seorang anak dilahirkan dengan dua macam kekuatan biologis yaitu libido dan nafsu mati. Dalam teori ini juga memaparkan hal yang penting yaitu anak juga memiliki struktur id, ego dan super ego.
2.      Erik Erikson
Erikson memiliki pandangan bahwa terdapat delapan tahap perkembangan individu yang dialami selama siklus kehidupan individu tersebut. Tahapan tersebut adalah:
a)      Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (trust vs mistrust)
b)      Otonomi vs Rasa Malu dan Keragu-raguan (autonomy vs shame & doubt)
c)      Prakasa vs Rasa Bersalah (initiative vs guilt)
d)     Tekun vs Rendah Diri (industry vs inferiority)
e)      Identitas vs Kebingungan Identitas (identity vs identity confusion)
f)       Keintiman vs Keterkucilan (intimacy vs isolation)
g)      Bangkit vs Mandeg (generativity vs stagnation)
h)      Integritas vs Kekecewaan (integrity vs despair)


3.      Jean Piaget
Piaget meyakini bahwa terdapat empat tahapan perkembangan kognitif yang dilalui oleh seorang anak, yaitu tahap sensorimotor, tahap pra operasional, tahap operasional konkrit, dan tahap operasional formal. Piaget juga memandang perkembangan berbdasarkan teori yang berorientasi biologis.
Teori ini menitikberatkan pada apa yang disebut bakat, jadi faktor keturunan dan konstitusi yang dibawa sejak lahir (Monks, 1982). Perkembangan anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme. Perkembangan bersifat endogen, yang artinya perkembangan tersebut tidak hanya berlangsung spontan saja, melainkan juga harus dimengerti sebagai pemekaran pre-disposisi yang telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah lagi.
Kelemahan teori yang berorientasi biologis ini juga terlihat ketika anak mampu melakukan suatu perilaki yang lebih awal dari stadium perkembangannya. Misalnya anak sudah dapat membaca pada usia yang masih sangat awal. Hal tersebut yang membuat teori ini tidak dapat menjadi patokan sepenuhnya dan harus merujuk pada teori perkembangan lain sebagai tinjauan dalam analisan psikilogis.
4.      Albert Bandura
Melalui teori belajar sosial yang dikembangkannya, Bandura menyatakan bahwa anak akan belajar dengan mengamati apa yang dilakukan oleh orang lain. Melalui pengamatan yang dilakukan (modeling), seorang anak akan menampilkan perilaku orang yang diamatinya serta bahkan mengadopsi perilaku tersebut dalam dirinya.
Dalam hal ini teori yang bersinggungan dengan apa yang dikemukan oleh bandura adalah teori lingkungan. Dalam kelompok teori lingkungan atau teori milieu mencakup teori belajar dan teori sosiologis. Kedua macam teori itu sebenarnya sama karena prinsip sosialisasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk proses dari social learning. Teori belajar memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda. Persamaan yang ada di antara teori belajar tersebut adalah bahwa individu memandang belajar sebagai suatu bentuk peribahan dalam diri seseorang yang bersifat relatif tetap.
Menurut teori ini perkembangan merupakan suatu proses pertambahan bertambahnya potensi untuk bertingkah laku. Berjalan harus dipelajari, bergaul dengan orang lain harus dipelajari, demikian pula dengan berpikir logis juga harus dipelajari. Belajar berjalan merupakan cara belajar sensori-motorik, belajar bergaul termasuk dalam kategori belajar sosial, dan berpikir logis termasuk dalam proses belajar kognitif.
Teori ini beranggapan bahwa perilaku yang ditunjukkan oleh individu bukanlah hasil spontan dari struktur organisme melainkan tergantung dari apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik yang diadopsi dari lingkungan. Jadi bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu, makaanak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas dari lingkungan tersebut (Monks, 1982).

TUGAS PERKEMBANGAN ANAK
            Salah satu dasar untuk menentukan apakah seorang anak telah mengalami perkembagan dengan baik adalah memulai apa yang disebut dengan tugas-tugas perkembangan atau (Development Task). Tugas perkembangan masa anak menurut Munandar (1985) adalah belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang padat, belajar berbicara, toilet training, belajar membedakan jenis kelamin dan dapat kerja kooperatif, belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan konsep-konsep yang sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar untuk mengembangkan diri sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain serta belajar membedakan baik dan buruk.
            Sedangkan menurut Havighurts (dalam Gunarsa, 1986) tugas-tugas perkembangan pada anak bersumber pada tiga hal, yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya. Tugas-tugas perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: tugas-tugas perkembangan anak usia 0-6 tahun, meliputi belajar memfungsikan visual motoriknya secara sederhana, belajar memakan makanan padat, belajar bahasa, kontrol badan, mengenali realita sosial atau fisiknya, belajar melibatkan diri secara emosional dengan orang tua, saudara dan lainnya, belajar membedakan benar atau salah serta membentuk nurani. Tugas-tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun adalah menggunakan kemampuan fisiknya, belajar sosial, mengembangakan kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan menghitung, memperoleh kebebasan pribadi, bergaul, mengembangkan konsep-konsep yang dipadukan untuk hidup sehari-hari, mempersiapkan dirinya sebagai jenis kelamin tertentu, mengembangkan kata nurani dan moral, menentukan skala nilai dan mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial atau lembaga (Havighurts dalam Gunarsa, 1986).

ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
            Dalam perkembangan anak terdapat aspek-aspek yang nampak dari perkembangan tersebut. Berikut ini penjelasan dari masing-masing aspek :
  1. Perkembangan Fisik (Motorik).
Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
a)      Perkembangan motorik kasar. Kemampuan anak untuk duduk, berlari, melompat, menangkap bola, dan menendang termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.
b)      Perkembangan motorik halus. Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan memegang benda, menulis, menggunting, dan mengancingi baju termasuk contoh gerakan motorik halus.
2.      Perkembangan Emosi.
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk merasakan dan memahami gejolak perasaan seperti mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, marah serta bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang/ dikeluarkan anak akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk menyayangi.
  1. Perkembangan Kognitif.
Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun isyarat)seperti: memahami kata, mengeluarkan apa yang dia pikirkan, kemampuan logis, seperti memahami sebab akibat suatu kejadian, memahami makna dari symbol dan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan diri dan di lingkungannya.
  1. Perkembangan sosial.
Aspek sosial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa, berinteraksi dan bermain bersama teman-teman sebayanya.
                       
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar