PENDAHULUAN
Pada
saat ini sering sekali terjadi
permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan manusia. Mulai dari
permasalahan mengenai anak hingga dewasa dan juga penyebab serta dampak dari
masalah-masalah tersebut. Pada dasarnya permasalahan mengenai perkembangan
tersebut sudah terjadi sejak dahulu dan juga pada ilmuan berusaha untuk
mengkaji masalah-masalah yang timbul terkait dengan hal tersebut.
Perkembangan manusia terjadi sejak
masa awal dalam konsepsi (prenatal)
hingga masa kematian (mortalitas).
Dengan manusia sebagai fokus utama maka ilmu yang membahas tentang hal tersebut
adalah ilmu psikologi dengan berkonsentrasi pada bidang perkembangan. Dalam
psikologi perkembangan tersebut masih memiliki banyak cabang yang juga terfokus
pada perkembangan sepanjhang hidup manusia dan salah satunya adalah
perkembangan terhadap anak.
Masa anak-anak pada dasarnya
merupakan masa awal dalam tahap perkembangan sepanjang kehidupan manusia. Yang
membedakan masa anak-anak dengan masa kehidupan yang lain adalah pada masa
anak-anak individu cenderung lebih ingin dipahami. Comenius dalam (Hurlock,
1978) juga menyatakan bahwa “anak-anak harus dipelajari sebagai embrio orang
dewasa melainkan dalam sosok alami anak yang penting untuk memahami kemampuan
mereka dan mengetahui bagaimana berhubungan dengannya”. Dengan demikian anak
pada dasarnya merupakan masa yang memiliki tingkat sensitivitas lebih tinggi
daripada masa perkembangan lain oleh karena itu anak-anak ingin dipahami lebih
dari orang remaja.
Pada masa anak-anak pada dasarnya
penting untuk dipelajari karena Locke menyatakan bahwa pengalaman masa anak
akan berperan penting dalam pembentukan karakteristik pada saat dewasa.
Selanjutnya terdapat pula pandangan dari J.J. Rosseau yaitu innate goodness yang menyatakan bahwa anak-anak pada dasarnya baik, karena
itu mereka seharusnya diperbolehkan untuk bertumbuh secara alamiah dengan
pantauan atau pembatasan dari orang tua. Pernyataan tersebut menjadi
kontradiksi apabila perkembangan tersebut ditinjau dari sisi kelautan dan diaplikasi
pada kalangan anak-anak nelayan.
Anak-anak yang berada pada
permukiman nelayan mengalami hal yang berbeda dari yang seharusnya. Anak
tersebut kurang mendapat perhatian dan pendidikan yang seharusnya mereka
dapatkan. Hal tersebut ternyata berdampak pada perkembangan pada masa
selanjutnya. Sama seperti yang dikatakan oleh Erikson dalam (Hurlock, 1978)
bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai seorang
manusia”. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa meskipun pada masyarakat
pesisir anak-anak seharusnya juga mendapat pengawasan terhadap perkembangannya
karena hal itu berpengaruh pada masa dewasa nantinya.
Berdasarkan gambaran secara umum
tentang psikologi perkembangan anak tersebut, tim penulis berkeinginan untuk
menyusun karya ilmiah terkait dengan psikologi perkembangan dilihat dari sudut
pandang kelautan.
TEORI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
Pada
dasarnya banyak teori yang dikemukakan para ahli berkenaan dengan psikologi
perkembangan.
1. Sigmund
Freud
Sebagai pendiri dari aliran psikoanalisis, Freud
menyatakan bahwa terdapat lima tahapan dalam perkembangan anak, yaitu tahap
mulut (oral stage), tahap anal (anal stage), tahap falik (phallic stage), tahap laten (latency
stage), dan tahap kemaluan (genital stage). Apabila individu tidak melalui masing-masing tahapan
tersebut dengan baik maka akan berpengaruh pada perkembangan perilaku dan
pembentukan kepribadian individu tersebut.
Ferud melalui teori psikodinamikanya memandang bahwa
komponen yang bersifat sosio-afektif sangat fundamental dalam kepribadian dan
perkembangan seseorang. Menurut teori ini, komponen yang bersifat sosio-afektif
adalah ketegangan yang ada dalam diri seseorang, sebagai penentu dinamikanya.
Menurut teori psikodinamika yang dikemukakan oleh
Freud ini juga menyatakan bahwa seorang anak dilahirkan dengan dua macam
kekuatan biologis yaitu libido dan nafsu mati. Dalam teori ini juga memaparkan
hal yang penting yaitu anak juga memiliki struktur id, ego dan super ego.
2. Erik
Erikson
Erikson memiliki pandangan bahwa terdapat delapan
tahap perkembangan individu yang dialami selama siklus kehidupan individu
tersebut. Tahapan tersebut adalah:
a) Kepercayaan
vs Ketidakpercayaan (trust vs mistrust)
b) Otonomi
vs Rasa Malu dan Keragu-raguan (autonomy vs shame & doubt)
c) Prakasa
vs Rasa Bersalah (initiative vs guilt)
d) Tekun
vs Rendah Diri (industry vs inferiority)
e) Identitas
vs Kebingungan Identitas (identity vs identity confusion)
f) Keintiman
vs Keterkucilan (intimacy vs isolation)
g) Bangkit
vs Mandeg (generativity vs stagnation)
h) Integritas
vs Kekecewaan (integrity vs despair)
3. Jean
Piaget
Piaget meyakini bahwa terdapat empat tahapan
perkembangan kognitif yang dilalui oleh seorang anak, yaitu tahap sensorimotor,
tahap pra operasional, tahap operasional konkrit, dan tahap operasional formal.
Piaget juga memandang perkembangan berbdasarkan teori yang berorientasi
biologis.
Teori ini menitikberatkan pada apa yang disebut
bakat, jadi faktor keturunan dan konstitusi yang dibawa sejak lahir (Monks,
1982). Perkembangan anak dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme.
Perkembangan bersifat endogen, yang artinya perkembangan tersebut tidak hanya
berlangsung spontan saja, melainkan juga harus dimengerti sebagai pemekaran
pre-disposisi yang telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah
lagi.
Kelemahan teori yang berorientasi biologis ini juga
terlihat ketika anak mampu melakukan suatu perilaki yang lebih awal dari
stadium perkembangannya. Misalnya anak sudah dapat membaca pada usia yang masih
sangat awal. Hal tersebut yang membuat teori ini tidak dapat menjadi patokan
sepenuhnya dan harus merujuk pada teori perkembangan lain sebagai tinjauan
dalam analisan psikilogis.
4. Albert
Bandura
Melalui teori belajar sosial yang dikembangkannya,
Bandura menyatakan bahwa anak akan belajar dengan mengamati apa yang dilakukan
oleh orang lain. Melalui pengamatan yang dilakukan (modeling), seorang anak akan menampilkan perilaku orang yang
diamatinya serta bahkan mengadopsi perilaku tersebut dalam dirinya.
Dalam hal ini teori yang bersinggungan dengan apa
yang dikemukan oleh bandura adalah teori lingkungan. Dalam kelompok teori
lingkungan atau teori milieu mencakup teori belajar dan teori sosiologis. Kedua
macam teori itu sebenarnya sama karena prinsip sosialisasi pada dasarnya
merupakan suatu bentuk proses dari social
learning. Teori belajar memiliki sifat dan karakter yang berbeda-beda.
Persamaan yang ada di antara teori belajar tersebut adalah bahwa individu
memandang belajar sebagai suatu bentuk peribahan dalam diri seseorang yang
bersifat relatif tetap.
Menurut teori ini perkembangan merupakan suatu
proses pertambahan bertambahnya potensi untuk bertingkah laku. Berjalan harus
dipelajari, bergaul dengan orang lain harus dipelajari, demikian pula dengan
berpikir logis juga harus dipelajari. Belajar berjalan merupakan cara belajar
sensori-motorik, belajar bergaul termasuk dalam kategori belajar sosial, dan
berpikir logis termasuk dalam proses belajar kognitif.
Teori ini beranggapan bahwa perilaku yang
ditunjukkan oleh individu bukanlah hasil spontan dari struktur organisme
melainkan tergantung dari apa yang kita pelajari dengan teknik-teknik yang
diadopsi dari lingkungan. Jadi bila anak hidup dalam suatu lingkungan tertentu,
makaanak tadi akan memperlihatkan pola tingkah laku yang khas dari lingkungan
tersebut (Monks, 1982).
TUGAS PERKEMBANGAN ANAK
Salah
satu dasar untuk menentukan apakah seorang anak telah mengalami perkembagan
dengan baik adalah memulai apa yang disebut dengan tugas-tugas perkembangan
atau (Development
Task). Tugas perkembangan masa anak menurut Munandar (1985)
adalah belajar berjalan, belajar mengambil makanan yang padat, belajar
berbicara, toilet training, belajar membedakan jenis kelamin dan dapat kerja
kooperatif, belajar mencapai stabilitas fisiologis, pembentukan konsep-konsep
yang sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik, belajar untuk mengembangkan
diri sendiri secara emosional dengan orang tua, sanak saudara dan orang lain
serta belajar membedakan baik dan buruk.
Sedangkan
menurut Havighurts (dalam Gunarsa, 1986) tugas-tugas perkembangan pada anak
bersumber pada tiga hal, yaitu : kematangan fisik, rangsangan atau tuntutan
dari masyarakat dan norma pribadi mengenai aspirasi-aspirasinya. Tugas-tugas
perkembangan tersebut adalah sebagai berikut: tugas-tugas perkembangan anak
usia 0-6 tahun, meliputi belajar memfungsikan visual motoriknya secara
sederhana, belajar memakan makanan padat, belajar bahasa, kontrol badan,
mengenali realita sosial atau fisiknya, belajar melibatkan diri secara
emosional dengan orang tua, saudara dan lainnya, belajar membedakan benar atau
salah serta membentuk nurani. Tugas-tugas perkembangan anak usia 6-12 tahun
adalah menggunakan kemampuan fisiknya, belajar sosial, mengembangakan
kemampuan-kemampuan dasar dalam membaca, menulis, dan menghitung, memperoleh
kebebasan pribadi, bergaul, mengembangkan konsep-konsep yang dipadukan untuk
hidup sehari-hari, mempersiapkan dirinya sebagai jenis kelamin tertentu,
mengembangkan kata nurani dan moral, menentukan skala nilai dan mengembangkan
sikap terhadap kelompok sosial atau lembaga (Havighurts dalam Gunarsa, 1986).
ASPEK PERKEMBANGAN ANAK
Dalam perkembangan anak terdapat
aspek-aspek yang nampak dari perkembangan tersebut. Berikut ini penjelasan dari
masing-masing aspek :
- Perkembangan Fisik (Motorik).
Perkembangan
fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak.
Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola interaksi yang kompleks
dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik
halus.
a) Perkembangan
motorik kasar. Kemampuan
anak untuk duduk, berlari, melompat, menangkap bola, dan menendang termasuk
contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh
anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan
motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena proses kematangan
setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa saja berbeda
dengan anak lainnya.
b) Perkembangan
motorik halus. Adapun
perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang menggunakan
otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek
ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan
memegang benda, menulis, menggunting, dan mengancingi baju termasuk contoh
gerakan motorik halus.
2. Perkembangan
Emosi.
Perkembangan
pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk merasakan dan memahami gejolak
perasaan seperti mencintai, merasa nyaman, berani, gembira, takut, marah serta
bentuk-bentuk emosi lainnya. Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh
interaksi dengan orangtua dan orang-orang di sekitarnya. Emosi yang berkembang/
dikeluarkan anak akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya. Misalnya,
jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk
menyayangi.
- Perkembangan Kognitif.
Pada
aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam
menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya. Kemampuan
kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan maupun
isyarat)seperti: memahami kata, mengeluarkan apa yang dia pikirkan, kemampuan
logis, seperti memahami sebab akibat suatu kejadian, memahami makna dari symbol
dan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan diri dan di lingkungannya.
- Perkembangan sosial.
Aspek
sosial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa, berinteraksi dan bermain bersama
teman-teman sebayanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar